Skip to main content

BAB II LATAR BELAKANG KURIKULUM STEMAPRENEUR

Atas dasar visi, nilai, dan moto sekolah, sekolah Stella Maris bermaksud untuk menyusun panduan Kurikulum Stemapreneur. Kurikulum Stemapreneur adalah kurikulum terpadu, yang dimaksudkan untuk melibatkan seluruh mata pelajaran lain dalam menyiapkan siswa untuk memiliki jiwa wirausaha. Kendati melibatkan mata pelajaran lainnya, kurikulum Stemapreneur tidak mengubah esensi setiap mata pelajaran yang ada. Masing-masing pelajaran tetap berdiri sendiri, namun diajarkan dengan kesadaran bahwa proses belajarnya turut membentuk karakter wirausaha.

Kurikulum bisa dilihat seperti sebuah mozaik. Setiap keping mozaik berkontribusi untuk membuat gambaran menjadi sempurna. Setiap mata pelajaran yang ada pada dasarnya mencerminkan bakat-bakat siswa yang berbeda. Melalui penyampaian beragam mata pelajaran tersebut, setiap siswa diberi kesempatan berkembang sesuai dengan bakat-bakatnya. Terhambatnya proses penyampaian salah satu mata pelajaran, seperti hilangnya satu keping mozaik, yang akan membuat gambar terlihat cacat. Hilangnya salah satu pelajaran, berarti terhambatnya perkembangan salah satu aspek dalam diri siswa.

A. Pengembangan Karakter

Kurikulum Stemapreneur adalah kurikulum yang berusaha untuk membentuk 14 karakter kewirausahaan melalui seluruh mata pelajaran yang ada. Pembentukan ke-14 karakter Stemapreneur diupayakan sejak dini, mulai dari level TK, SD, SMP, sampai SMA. Meskipun bernama Stemapreneur, karakter lulusan yang ingin dibentuk oleh Sekolah Stella Maris tidak hanya mengandalkan kewirausahaan sebagai mata pelajaran.

Untuk memperkuat daya dorong pembentukan karakter, Sekolah Stella Maris berupaya untuk memfungsikan seluruh mata pelajaran yang ada. Setiap mata pelajaran akan berperan dalam mengembangkan karakter-karakter yang khas Sekolah Stella Maris, sesuai dengan nilai-nilai yang diyakini. Dalam rangka mengingat kembali ke-14 karakter Stemapreneur, berikut ini disajikan kembali karakter-karakter tersebut dan hubungannya dengan nilai-nilai yang mendasarinya.

Sebagai sekolah yang berlandaskan semangat Kristiani, nilai-nilai Sekolah Stella Maris didasarkan pada ajaran Yesus sendiri. Seperti terurai pada tabel di bawah. Itu sebabnya, karakter-karakter Stemapreneur berbeda definisi dibanding karakter pada umumnya, meski menunjuk pada istilah yang sama. Misalnya independent, dalam karakter Stemapreneur tetap memasukkan kepentingan orang lain. Berbeda dengan definisi independent pada umumnya yang hanya menekankan kemandirian tanpa pelibatan pihak lain.

Barangkali akan ada yang berkomentar, “Apakah tidak terlalu dini mengajarkan kewirausahaan di level SD apalagi TK?” Jawabannya adalah tidak. Tugas membangun karakter wirausaha tidak bisa berlangsung singkat. Butuh waktu bertahun-tahun untuk membentuk karakter melakukannya. Fakta menunjukkan, hampir seluruh pengusaha yang mumpuni memiliki latar belakang hidup ‘keras’ yang menempa karakternya. Di Indonesia, di era 1970-an ada nama-nama seperti Ciputra, William Suryadjaya, era 1990-an Sandiaga Uno, Susi Pudjiastuti. Setali tiga uang, pengusaha kaliber dunia, seperti Steve Jobs yang sejak bayi diasuh oleh orang tua angkat.

Kurikulum Stemapreneur bukan semata-mata mengajarkan siswa menjual sesuatu, seperti citra mata pelajaran tersebut selama ini. Kurikulum Stemapreneur diarahkan untuk membentuk karakter siswa agar siap menghadapi tantangan di masa yang akan datang. Bisa dianalogikan dengan gambar di atas, bahtera menjadi tempat berlindung dan penampung hewan-hewan dari banjir bandang. Kewirausahaan menjadi tempat berlindung bagi mereka sendiri maupun orang-orang di sekitarnya dari gelombang perubahan jaman.

Kurikulum Stemapreneur.png

Entrepreneur as a vocation, kewirausahaan adalah sebuah panggilan hidup. Menjadi wirausaha tidak bisa menjadi wirausaha di bidang apa saja. Agar berhasil, seorang wirausaha harus punya keunikan. Setiap siswa harus menggali bakat dan potensi secara terus-menerus. Kurikulum Stemapreneur berusaha untuk menyiapkan dan mengembangkan karakter-karakter – yang meski disebut karakter kewirausahaan sebenarnya merupakan karakter umum – agar siswa mengembangkan bakat dan potensi sebagai kekuatannya.

Stemapreneur2.png

Hasil akhir dari kurikulum Stemapreneur ini diharapkan bisa memberikan para lulusan yang mampu memiliki dampak bagi masyarakat, baik di tingkat lokal, nasional, hingga internasional. Sebagai sekolah yang berlandaskan nilai-nilai Kristiani, para lulusan yang dihasilkan bukan hanya memiliki jiwa kewirausahaan yang hanya mengejar keuntungan finansial dan aktualisasi diri, tetapi juga dapat memberikan kesejahteraan bagi masyarakat luas. Terpanggil sebagai wirausaha yang menjadi saluran rahmat bagi banyak orang.

image.png

Dalam kerangka kurikulum, kewirausahaan berperan sebagai kerangka besar bagi seluruh aktivitas siswa sebagai sarana pengembangan karakter dan bakat setiap siswa. Tabel di bawah ini menunjukkan keragaman mata pelajaran dalam membentuk karakter Stemapreneur. Ada pelajaran-pelajaran yang materinya sarat membahas tentang karakter. Misalnya religiositas, pendidikan kewarganegaraan (PKn), Bahasa, IPS. Di pihak lain, ada pula pelajaran-pelajaran yang ‘kering’ dengan konten karakter (termasuk karakter kewirausahaan) seperti matematika, IPA, dan Teknologi Informasi / Informatika.

Pada mata pelajaran-mata pelajaran yang dalam kontennya ‘kering’ dalam hal karakter kita masih tetap bisa membangun karakter kewirausahaan. Misalnya karakter-karakter independent, curious, enthusiastic, creative, dan responsible. Pembentukan karakter kewirausahaan juga bisa diupayakan melalui sikap belajar yang muncul dengan mempelajari mata pelajaran-mata pelajaran tersebut.

Tidak semua guru menyadari bagaimana peran aspek-aspek mata pelajaran tersebut dalam pembentukan karakter siswa. Untuk pelajaran-pelajaran bermuatan karakter, guru punya peluang lebih besar dalam menyampaikan materi dan membangun karakter kewirausahaan. Namun adanya materi yang memuat unsur karakter belum tentu dapat mewujudkan karakter siswa seperti yang diinginkan, terutama ketika metode yang digunakan tidak tepat. Terkait dengan metode pengajaran, akan dibahas mendalam pada bab selanjutnya.

PETA KARAKTER DAN SIKAP BELAJAR DALAM SETIAP MATA PELAJARAN.png

B. Pendekatan Metakurikulum

Kurikulum Stemapreneur berusaha memadukan seluruh mata pelajaran yang ada, namun dengan tetap menjaga kemurnian setiap mata pelajaran. Materi setiap mata pelajaran tetap berdiri sendiri. Tidak ada penggabungan beberapa mata pelajaran menjadi mata pelajaran baru. Bagaimana kurikulum Stemapreneur bisa memadukan seluruh mata pelajaran tersebut?

Mengacu “10 Model Integrasi Kurikulum” (Robin Fogarty), kurikulum di sekolah Stella Maris menggunakan Model Galur/Benang (Threaded). Model ini bertujuan untuk menangkap gagasan besar dari konten setiap pelajaran melalui pendekatan metakurikulum. Pendekatan metakurikulum berusaha untuk merangkai keterampilan berpikir, keterampilan sosial, kecerdasan majemuk, dan keterampilan lainnya dalam berbagai disiplin ilmu yang berbeda.

image.png

Seperti kaca pembesar, pendekatan metakurikulum berusaha mengangkat gagasan besar dalam setiap mata pelajaran. Dengan model integrasi tersebut, tidak terjadi perubahan pada mata pelajaran-mata pelajaran yang ada. Setiap pelajaran tetap dibiarkan murni. Hanya saja untuk setiap pelajaran akan diajarkan pengetahuan kewirausahaan yang akan menghantar mereka untuk mengembangkan karakter wirausaha tertentu. Pengembangan karakter wirausaha tersebut diwakili oleh konsep kunci wirausaha yang telah dipilih berdasarkan jenjang pendidikan.

image.png

Berikut gambaran bagaimana integrasi tersebut terjadi. Berbagai mata pelajaran akan disatukan oleh konsep-konsep kunci dalam mata pelajaran Kewirausahaan (Entrepreneurship). Konsep-konsep kunci tersebut dipilih dan disusun berdasarkan kesesuaiannya dengan karakter Entrepreneurship yang ingin dikembangkan. Misalnya dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia, guru bisa menyisipkan materi tentang membuat tulisan iklan di media massa ataupun sosial media, atau di mata pelajaran IPS bisa disisipkan ulasan tentang daya beli saat membahas tentang piramida penduduk, dan sebagainya.

AVTK.png

Adapun langkah-langkah penerapan model galur/benang proses belajar-mengajar adalah sebagai berikut:

  1. Menetapkan karakter / konsep kunci sesuai level Taksonomi Bloom
  2. Memadukan karakter / konsep kunci ke dalam mata pelajaran.
  3. Mencocokkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
  4. Merumuskan indikator pembelajaran secara terpadu.
  5. Menetapkan strategi belajar-mengajar yang akan menguntai.

Untuk menjelaskan latar belakang terjadinya internalisasi dan integrasi materi kewirausahaan (Entrepreneurship) ke dalam mata pelajaran-mata pelajaran, akan dijelaskan secara mendetil pada bab selanjutnya.